Bukan tebak-tebakan bila sarana-prasana sekolah-sekolah di negeri ini banyak yang tidak layaknya ketimbang yang layaknya. Ada banyak sekolah dengan gedung bertingkat-tingkat, tapi lebih banyak lagi sekolah-sekolah yang atapnya bocor dan setiap turun hujan siswanya kebasahan. Ada banyak sekolah dengan fasilitas komputer dan model pembelajaran berbasis multimedia namun lebih banyak lagi sekolah dengan mesin ketik jadul peninggalan Jepang dan hanya dengan perangkat mengajar seadanya bahkan untuk menghitung biasanya siswa menggunakan lidi dan sejenisnya. Apa dengan perbedaan yang mencolok ini membuat guru yang berada pada keterbatasan menjadi tidak berkualitas?.
Tidak demikan kiranya bila guru yang mengabdi pada sekolah dengan sarana-prasaran apa adanya mengembangkan kretivitasnya. Ambil contoh sebagaimana perjuangan guru-guru di wilayah pedalaman bukan lagi soal gaji yang tak cukup atau transportasi ke lokasi mengajar yang jauhnya bukan main. Kemauan dan kreativitaslah yang mereka butuhkan untuk mmbuat siswanya bersemangat dan mudah menyerap pelajaran. Seperti yang penulis kutip dari potongan berita kompas berikut ini:
“Sugimun. Guru Matematika SMPN I Lumbis, Kabupaten Nunukan, ini punya cara jitu untuk membuat siswanya tertarik dan mudah mengerti pelajaran Matematikanya. Salah satunya, Sugimun mengajak para siswa bermain gaple atau yang lebih akrab disebut domino.
Ya, "domino Matematika". Domino tersebut, kata Sugimun, sudah dibuktikannya bisa memudahkan siswa mengenal pelajaran Matematika tentang bilangan pecahan.
Tak ubahnya bermain domino, setelah kartu pertama dilempar, kartu berikutnya akan mengikuti. Namun, jika pada domino sesungguhnya berisi kumpulan atau urutan angka-angka, pada "domino Matematika" ini kartu tersebut berisi berbagai bilangan pecahan”.
Sederhananya persoalan sarana-prasana sekolah bukan lagi soal yang menjadikan guru tidak berkualitas atau profesional tapi dibutuhkan sebuah ide yang kreativ sehingga mampu menciptakan produk-produk pembelajaran (teknologi pembelajaran). Bayangkan dengan keadaan seadanya bahkan kekurangan dapat memberikan sesuatu yang berbeda apalagi dalam keadaan serba ada. Ternyata benar apa kata seorang bijak “dalam posisi krisis kita bisa berprestasi”. Guru kreativ yes!.
0 komentar:
Posting Komentar