“Bung Hatta ingin pendidikan dimerdekaan terlebih dahulu baru bangsa ini. Tapi, tidak bagi bung Karno Indonesia harus merdeka sekarang! atau tidak ada kesempatan kedua”. Demikian kiranya perkataan penutup diakhir film RUMA MAIDA. Film yang sengaja dilaunchingkan pada saat bangsa ini memperingati hari sumpah pemuda 28 Oktober 1928-2009.
Hasil pertentangan dari kedua tokoh besar republik tersebut akan merubah wajah dan masa depan bangsa Indonesia. Sekarang wujud boleh merdeka, tapi tidak jiwa kita. Jiwa kita adalah pendidikan namun jiwa tersebut digerogoti sejuta masalah mulai dari atap sekolah yang bocorlah, penyalahgunaan dana pendidikanlah, buruknya kualitas anak didik, sampai guru yang asal mengajar. Jika boleh mengandai-andai tentu kita akan mengalami babak baru yang berbeda bila bangsa ini jiwanya dimerdekakan terlebih dahulu. Maaf untuk para nasionalis dengan perkataan ini.
Millenium Devloment Goals (MGD’s) yang didesain untuk dipersembahkan demi Good World (kebaikkan dunia) tanpa mengurangi niat baik dari isi yang disetujui dalam MGD’s tersebut bagi penulis ini adalah sebuah “perbudakaan yang sistematis”. Why?, secara tidak langsung terdapat pemaksaan global sehingga tersimpan kesan bahwa MGD’s harus diikuti selanjutnya terdapat pemantauan serta penilaian terhadap Negara yang melaksanankan misi MGD’S tersebut. Bagi Negara besar no problem. Persoalannya bagaimana dengan Negara yang sedang berkembang yang sibuk menata bangsanya. Contoh besarnya bangsa ini bukankah hingga detik ini 8 isi yang disepakati dari MGD ‘s tidak satupun yang terwujud secara maksimal. Walaupun untuk poin terakhir (kerjasama global) sering dilakukan. Bagi penulis khusus untuk pendidikan biarkan bangsa ini diberi kebebasan menata. Contoh freedom tersebut yang permah membuat wajah pendidikan negeri ini tersipu malu adalah model “pembelajaran alternative Qaryah Thayyibah” no sekolah, no sistematis, tapi terbukti jebolannya berkualitas bahkan lebih hebat dari sekolah yang tertata rapi.
Singkatnya bangsa ini harus bebas, jangan mengikuti ombak yang mengalir tapi menari-narilah di atas ombak. Kita tidak akan bisa keluar dari persoalan besar bangsa ini bila tidak bangsa ini sendiri yang berusaha merubahnya. Bukankah ayat-ayat Tuhan mengingatkan tidak berubah keadaan suatu kaum kalau tidak kaum itu sendiri yang merubahnya. Bila tidak bisa dengan perbuatan maka dengan perkataan bila tidak bisa juga maka dengan do’a, tapi ini selamah-lemahnya perjuangan dalam memperbaiki mutu pendidikan bangsa ini.
1 komentar:
wahhhh.......sip sip sip
Posting Komentar